sekolah, di SMP Theresia, di Jakarta Pusat. la baru
akan memasukkan ujung kroket ke dalam mulutnya
ketika dari arah belakang sebelah kanan, agak jauh
dari tempatnya berdiri, ia mendengar tiga ibu muda
berceloteh.
Ibu 1: "Eh, kata Ela, si Karla itu pinter banget lho."
Ibu 2: "lya, cantik pula."
Ibu 3: "Sayang bukan anak beneran, ya.."
Ibu 2: "Bukan anak beneran bagaimana? Maksud-
mu..."
Ibu 1 dan 3 (hampir bersamaan): "Anak angkat!"
Ibu 2: "Halah apa bedanya? Kan pasti diambil dari
bayi? Aku lihat mamanya sayang banget kok sama
dia. Kan tiap pagi, mamanya yang drop dia ke se-
kolah sebelum ke kantor. Baru siang nanti, sopirnya
yang jemput.."
Perlahan Karla beringsut dari tempatnya berdiri dan
Kau Yang Terindah
cepat-cepat menuju pintu, lalu keluar dari kantin. Ten-
tang anak pungut, atau anak "ambil", atau adopsi,
sudah pernah didengarnya ketika ia duduk di kelas 3
SD Tarakanita di Barito.
Ia ingat betul waktu itu mamanya mengatakan akan
menemui Suster Kepala Sekolah. "Kenapa? Kan biasa-
nya Mama langsung jalan?" tanyanya. Dan mamanya
menjawab singkat, "Mama mau bicara dengan Suster,
Sayang."
Karla memang tidak ikut masuk ke dalam ruangan
Suster Kepala Sekolah, tetapi ia sengaja berjalan dua
el halik
akan memasukkan ujung kroket ke dalam mulutnya
ketika dari arah belakang sebelah kanan, agak jauh
dari tempatnya berdiri, ia mendengar tiga ibu muda
berceloteh.
Ibu 1: "Eh, kata Ela, si Karla itu pinter banget lho."
Ibu 2: "lya, cantik pula."
Ibu 3: "Sayang bukan anak beneran, ya.."
Ibu 2: "Bukan anak beneran bagaimana? Maksud-
mu..."
Ibu 1 dan 3 (hampir bersamaan): "Anak angkat!"
Ibu 2: "Halah apa bedanya? Kan pasti diambil dari
bayi? Aku lihat mamanya sayang banget kok sama
dia. Kan tiap pagi, mamanya yang drop dia ke se-
kolah sebelum ke kantor. Baru siang nanti, sopirnya
yang jemput.."
Perlahan Karla beringsut dari tempatnya berdiri dan
Kau Yang Terindah
cepat-cepat menuju pintu, lalu keluar dari kantin. Ten-
tang anak pungut, atau anak "ambil", atau adopsi,
sudah pernah didengarnya ketika ia duduk di kelas 3
SD Tarakanita di Barito.
Ia ingat betul waktu itu mamanya mengatakan akan
menemui Suster Kepala Sekolah. "Kenapa? Kan biasa-
nya Mama langsung jalan?" tanyanya. Dan mamanya
menjawab singkat, "Mama mau bicara dengan Suster,
Sayang."
Karla memang tidak ikut masuk ke dalam ruangan
Suster Kepala Sekolah, tetapi ia sengaja berjalan dua
el halik