-->

Apotek Hidup | Daun Paltra Ternyata Mampu Gempur Penyakit Stroke

Lezatnya masakan kerang, cumi,dan kepiting itu berujung pada kelumpuhan.


Risty Luddin masih ingat benar peristiwa pada Januari 1997. Dalam sebuah perjalanan ke Medan, Sumatera Utara, ia menikmati sajian berupa makanan laut. Citarasa yang lezat membuat Kristy lahap makan dan dalam porsi cukup banyak.
Selepas makan perempuan aktif itu memang merasa agak pusing, tapi ia tidak mengindahkannya. Kealpaan itu berujung musibah. Beberapa hari setelahnya, badannya lumpuh mendadak. "Sekujur tubuh bagian kiri tidak dapat digerakkan," ujarnya.


Kristy pun segera dibawa ke rumahsakit. Dokter mendiagnosis perempuan yang kini berusia 65 tahun itu terkena stroke. Ketika itu tekanan darahn mencapai 210/110 mmHg. Itu mengindikasikan Kristy mengalami hipertensi. Hipertensi atau tekana darah tinggi merupakan suatu kondisi peningkatan tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Menurut dr Yuda Turana SpS, dokter spesialis saraf di Jakarta, tekanan darah tinggi alias hipertensi menjadi pemicu utama stroke, terutama stroke sumbatan. "Jika tekanan darah seseorang sangat tinggi, risiko stroke juga
tinggi," katanya.
Sepuluh hari menjalani perawatan di rumahsakit, tangan dan kaki Kristy belum bisa digerakkan. Atas saran kerabat, ibu dua anak itu akhirnya pindah ke rumahsakit di Jakarta Pusat.

Di sana Kristy menjalani pemeriksaan CT scan dan RMI (magnetic resonance imaging). Namun, hasil pemeriksaan tidak juga menunjukkan adanya penyumbatan pembuluh darah.
Dokter pun menganjurkan Kristy untuk menjalani tes transducer doppler (TCD). Dari tes itu terlihat adanya penyumbatan di leher bagian kiri. "Penyumbatannya di saraf yang sangat halus," tuturnya.

Kolesterol tinggi
Stroke terjadi karena asupan oksigen dan nutrisi ke otak terhambat sehingga sel otak mati. Naiknya tekanan darah tak terkendali menimbulkan stroke karena merusak dan melemahkan pembuluh darah otak.

Dampaknya pembuluh darah menyempit, sobek, atau bocor. Tingginya kadar kolesterol dalam darah juga meningkatkan risiko stroke. Angka stroke meningkat pada pasien yang memiliki kadar kolesterol di atas 240 mg/dl. Tiap kenaikan kolesterol 38,7 mg/dl, maka potensi terserang stroke meningkat 25%. Namun, kenaikan high density lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik 1 mmol setara 38,7 mg/dl menurunkan risiko stroke 47%. Menurut dr Zainal Gani di Kota Malang, Jawa Timur, makanan laut seperti kerang, kepiting, dan cumi mengandung kolesterol tinggi, “Adanya kolesterol dalam darah membuat peredaran darah jadi kental, akibatnya tekanan darah menjadi tinggi," ujar Zainal.

Sepekan menjalani perawatan di rumahsakit, tangan dan kaki Kristy mulai bisa digerakkan. Namun, kondisinya menjadi lemah, pucat, dan kurus. Agar kondisinya lebih stabil, dokter menganjurkan konsumsi obat penurun dan
pengencer darah seumur hidup untuk mengatasi stroke, Kontrol ke dokter tiap bulan juga ia lakoni. "Tiap kontrol disuntik 6-7 kali," katanya. Suntikan obat itu berfungsi untuk melancarkan aliran darah. Selama 15 tahun Kristy mengonsumsi obat dokter.

Selama itu tekanan darah normal di kisaran 130/80 mmHg. Khawatir konsumsi obat kimia berefek pada ginjalnya, ia mengikuti saran kerabat untuk menjalani pengobatan herbal dengan mengunjungi herbalis di Bogor, Jawa Barat, Valentina Indrajati pada Juni 2012.

Senyawa kuersetin
Valentina meresepkan daun avokad Persea americana yang dikombinasikan dengan daun sembung Blumea balsamifera, daun dewa Gynura divaricata, sambungnyawa Gynura procumbens, dan kulit manggis Garcinia mangostana. Kristy merebus rajangan kering semua herbal dalam 3 gelas air hingga mendidih. Setelah dingin, ia meminum ramuan itu tanpa ampas sehari tiga kali.
Setelah empat bulan rutin konsumsi ramuan itu kondisi Kristy berangsur membaik. Hasil pengukuran menunjukkan tekanan darahnya, 130/85 mmHg. Bobot tubuhnya pun berangsur naik, dari 39 kg menjadi 60 kg. Kristy pun kini bisa mengendarai mobil sendiri. Aktivitas yang sebelumnya tidak mungkin ia lakukan. Obat dokter sudah tidak ia konsumsi, pun obat suntik.
Valentina meresepkan daun avokad untuk mengatasi hipertensi, kolesterol tinggi, gangguan tiku fungsi ginjal, gangguan lambung atau pencernaan, dan diabetes mellitus. Menurut Valentina daun avokad berperan mengatasi kolesterol dalam pembuluh darah, yang secara klinis gejalanya berupa tekanan darah tinggi.
Itu sejalan dengan riset Azizahwati MS. Apt bersama rekan, di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Periset itu menguji daun avokad secara praklinis untuk menurunkan hiperlipidemia. Dalam risetnya yang lain, Azizah juga menguki daun avokad untuk hipertensi. Dari kedua riset itu memang terbukti daun avokad mampu menurunkan tekanan darah dan kolesterol.

Dalam uji antihiperlipidemia, periset membagi tikus dalam enam kelompok. Kelompok 1 kontrol normal; kelompok 2 kontrol perlakuan; kelompok 3-5 mendapat dosis 10, 20, dan 40 mg ekstrak daun avokad/kg bobot badan (BB). Sementara kelompok 6 kontrol positif dengan pemberian simvastatin-obat penurun kolesterol-9 mg/kg BB. Hasilnya, ketiga dosis daun avokad mampu menurunkan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida, serta meningkatkan HDL Dosis 40 mg/ kg BB memberikan efek penurunan yang lebih baik dari ketiga dosis. Kadar kolesterol total dosis 40 mg/ kg BB sebesar 235,02 mg/dl; dosis 20 mg/kg BB (263,34 mg/dl); dosis 10 mg/kg BB (274,84 mg/dl); kontrol perlakuan (327,38 mg/dl).
Azizah menduga, aktivitas daun avokad dalam menurunkan kadar kolesterol, LDL, dan trigliserida karena adanya senyawa kuersetin yang berkhasiat ebagai antioksidan penghambat oksidasi LDL Akibatnya, pembuluh darah terlindungi. Selain itu, daun avokad juga mengandung sterol yang menurunkan absorbsi kolesterol di saluran cerna maupun meningkatkan eksresinya dari saluran empedu. Karena daun palta-nama di Amerika Selatan-hipertensi dan stroke pun sirna.

(Desi Sayyidati Rahimah/Peliput: Pressi Hapsari Fadlillah)

LihatTutupKomentar