Anindira Maheswari. perempuan cantik, manja dan lumayan cuek dengan orang yang tidak perempuan itu kenal maupun sukai. sedang mengeram frustasi akibat kelakuan tetangga depan rumahnya. Terkadang, Anindira berpikiran jika tetangga satunya itu punya kelaianan mental. atau bisa saja tidak waras. Bayangkan saja. di waktu yang masih terbilang pagi, Evano-tetangganyamemutar musik dengan suara cukup keras. Hampir satu kompleks kemungkinan mendengarnya.
Dengan perasaan kesal, Anindira menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Berjalan dengan langkah cepat menuju ke pintu utama rumahnya. Setelah berada di halaman depan rumah, Anindira berkacak pinggang sambil menatap sengit Evano yang justru asik dengan sepeda motomya. Oh! Temyata laki-laki itu sedang mencuci transportasi beroda duanya. Sayang sekali, Evano tidak sadar akan kehadirannya. Tapi, momen begitu bagusnya jika langsung dilempar sandal saja! “Oli Bekas! Matiin musiknya atau lo yang gue matiin!” ancam Anindira sembari beneriak hingga seakan akan urat di lehemya akan putus. Bayangkan saja, Anindira beneriak saal musik sedang menggelegar. Suara keduanya, bersahutan dan terdengar semraut.
Anindira semakin kesal. karena Evano tidak menggubrisnya. Ah. harusnya Anindira tahu. tentu saja. laki-laki itu tidak menoleh sedikit pun. musik yang diputar Evano seakan membuat telinga tetangganya itu Kuli dan' suara-suara lain.
Setelah tidak sengaja menatap Anindira Evano memperhatikan Anindira sekilas sebelum akhimya fokus kembali pada motor besar berwama merah miliknya.
Kurang ajar! Evano itu memang tidak punya pikiran. alau pikirannya baru saja diperbaiki?Ayolah. Anindira hanya ingin