saat mendengar nasihat Axel. Setelah itu menggandeng tangan maminya menuju tcras depan.
Aaron menatap kepergian istri dan anaknya lalu menoleh pada sang adik. Dia tahu, Nara sengaja melakukan itu agar Danish tidak mendengar perdebatannya dengan Axel. Karena pertengkaran selalu terjadi jika menyangkut keluarga mereka.
“Apa Celia menghubungimu?” tanya Aaron padanya.
Axel mengangkat bahu. “Sama scperti orang tua kita, kakak perempuanku juga tak ingin menganggapku sebagai adik.}adi, jangan berharap banyak dia akan menghubungiku.”
“Dia bilang mau ada perlu.”
“Entahlah, bisa jadi.“ Axel meregangkan tubuh dan bangkit dari kursi. “Aku ke atas, mau pantau saham sekaligus istirahat. Janet itu benar-benar liar di ranjang.” Tertawa lirih, dia mcninggalkan sang kakak yang menatapnya dengan
sebal.
Sampai di kamar, dia menyalakan televisi layar lebar yang terpasang di dinding. Mcngganti baju dengan setelan olahraga yang santai, dan mulai mengangkat barbel yang sengaja diletakkan di pojok kamar, dan mulai berolahraga sambil menatap layar. Saat ototnya bergerak, otaknya ikut berputar. Tentang beberapa saham yang akan dia lepas dan mulai mengamati membeli saham lain. Untuk orang yang suka tantangan dan tidak suka terikat, berspekulasi di bursa saham adalah hal yang cocok untuknya. Hari ini rugi puluhan juta, esok bisa untung dua kali lipat.
Selcsai berolahraga dan mandi, dia membuka laptop dan duduk di depannya. Membuka aplikasi yang dia sediakan untuk konsumen yang ingin memesan barang. Dia mencatat dan membalas pesan, mengatakan jika barang akan sampai sctelah ada uang muka. Tanpa tcrasa dia bekerja hingga pukul tiga, sadar belum makan siang dan waktunya
uh»