Beat music yang dimainkan seorang DJ amatiran di atas panggung merangkak naik. Sama halnya dengan yang teljadi di salah satu sudut klub malam kelas menengah di selatan kota Jakarta. Sepasang muda-mudi tengah melepaskan hasrat dan' diri mereka, menyatukan tubuh tanpa peduli keadaan sekitar. Yang terpenting bagi mereka adalah tercapainya kepuasan satu sama lain.
Urusan lainnya?
Persetan!
Toh di tempat ini bukan hanya mereka yang melakukan perbuatan mesum semacam ini. Hampir di setiap celah yang ada, desah napsu menyatu bersama atmosfer kegilaan.
Laki-laki penyembah birahi itu bemama Ethan. Dia terlihat mendongakkan kepala. Matanya tertutup dan bibimya tergigit. Jemari lentik gadis di atas pangkuannya tengah menjamah bebas kulit lehemya.
Kesadaran Ethan hanya tinggal empat puluh persen, atau bahkan bisa kurang dari itu jika dia terus-terusan dimabukkan oleh perilaku gadis seksi yang sedari tadi coba membobol benteng pertahanannya sebagai laki-laki.
Tidak peduli keributan di sekitar mereka, dua insan ini asyik meluapkan napsu. Menempati salah satu sofa yang ada di pojokan, Ethan menggerayangi tubuh gadis itu lebih jauh lagi.
Punggung si gadis yang tidak dilapisi apapun karena backless dress yang dia pakai memudahkan tangan Ethan untuk membelai ketika bibir gadis itu mencumbui bibimya dan meremas ketika bibir gadis itu bergerak makin liar. Ethan merasakan sudut bibimya dikulum sebegitu keras, sampai dia dapat merasakan gigi-gigi tajam gadis itu merajam bibimya.
Rintihan dan desahan adalah dua suara yang bercampur dengan hentakan musik. Ethan menempatkan bibimya di leher gadis itu. melapisi kulit putih susunya dengan limpahan air liumya. Bibir Ethan merosot, gerakannya pelan dan pasti. Begitu tiba di atas dada besar gadis itu, Ethan memberikan hisapan kuat hingga gadis
berambut coklat terang itu melenguh, tubuhnya semakin