busung lapar, bukan? Oleh karena itu semua makanan harus di maksimalkan agar tidak terbuang cuma-cuma. Dan perutnya adalah salah satu tempat pembuangannya.
“Ahelah, Bi. Kamu makan roti sampai berapa tangkap itu heh? Mana pakai selai kacang lagi. Bagaimana jerawatmu tidak makin subur dan makmur semua di sana? Lah asupan makanan kamu juga begini-begini amat.” Langit gelenggeleng. Dia speechless melihat selera makan adik kembarnya.
“Jangan suka mengeiek adikmu, Lang. Bintang ‘kan masih dalam masa pertumbuhan. Jadi wajarlah kalau dia menikmati semua karbohidrat dan protein." Sabda memotong kata-kata Langit. Dia kemudian memalingkan wajahnya ke arah Bintang sambil berkata, “Asal kamu mau ayah aiak jogging setiap pagi. Setuju, Nak?” Sabda membelai sayang surai hitam pekat anak gadisnya. Wajar dalam masa pubertasnya Bintang suka sekali makan. Itu semua waiar saia, asal diimbangi dengan olahraga yang cukup dan teratur. Kalau Bintang rajin dan disiplin, Sabda yakin pasti semua lemak membandel yang saat ini betah menghuni tubuh putrinya itu akan terbakar habis semua. Intinya adalah niat.
“Setuju aia sih, Yah. Tapi Bintang nggak ianji, ya,” sahut Bintang sembari nyengir. Kaum rebahan seperti dirinya ini memang anti sekali dengan yang namanya olahraga. Capek beut, cuy!
“Kamu itu ya, Bi. Selalu aia janji-janji melulu. Hari ini bilang besok. Besoknya bilang besok lagi. Eh tahu-tahu
Download Ebook Novel Gratis
Download Ebook Gratis
Download Novel Gratis
Download Ebook Pdf Novel Gratis
Download Novel Terbaru
Download Novel 2020
Download Nobel 2021
Download Novel Terbaru 2020
Download Novel Gratis 2020
Download Novel Pdf Gratis Terbaru 2021