Tuesday, March 3, 2020
ACELINE KENNEDY, semua orang menyukai mata hijaunya yang selalu menatap dengan lembut dan tenang. Bibir merah gadis itu seakan tak lelah menyungging senyum. la tak hanya seorang gadis cantik biasa bemmur 20 tahun. Rambut cokelat tua sepinggang serta kulit putihnya yang pucat membuat setiap mata takjemu untuk memandangi. Apalagi mahasiswi semester 4 di suatu perguruan tinggi di Jakarta ini memiliki tinggi tubuh 168 cm. Cukup tinggi untuk ukuran wanita Indonesia. Gerak-geriknya sempuma dalam setiap langkah. Aceline memiliki seorang kakak laki-laki bernama Steven Kennedy. Kakaknya itu bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang arsitektur, dan ditempatkan di LA, Amerika Serikat. Tidak hanya Steven, ayah Aceline juga bekerja di tempat yang nun jauh di sana. Di sebuah tambang batu bara di Kalimantan. Tinggal hanya berdua bersama sang
Ibu, rasa sepi itu kadang muncul tanpa bisa dicegah. Perasaan biru yang membekukan ruang hatinya. Rasa hati yang jelas membuat tidak nyaman.
Rasa tak nyaman itu muncul lagi. Hanya saja kali ini terasa lebih berat. Satu perasaan yang tidak enak dan mengganjal di hati.
Aceline menghela napas panjang saat dirinya keluar dari
kelas. Hari ini jantungnya terus berdebar tak menentu. Entah kenapa.
“Aceline."
Panggilan seseorang itu membuat Aceline menoleh. Seorang lelaki tampak berjalan mendekatinya. Aceline
kembali menatapi hamparan rumput luas taman kampus.